Aku dan adikku sering jalan-jalan sore hanya untuk sekedar membeli cemilan dan minuman, untuk minuman kami sering membeli ditempat teman adikku sehingga pada suatu waktu terjadi percakapan antara aku dan adikku tentang temannya tersebut, temannya ini adalah seorang yang telah ditinggal ibunya sejak bayi, ayahnya pun kurang memberi perhatian padanya, ia tinggal dengan bibinya. Meski begitu ia tumbuh dengan sangat baik, ia mandiri, tidak mudah putus asa dan pekerja keras karena kehidupannya dengan bibinya juga termasuk sulit sehingga ia tidak ingin menjadi beban bagi orang lain.
Saat SMP, sewaktu jam istirahat pernah adikku temui temannya ini tidak keluar kelas dan terbaring dibelakang kelas, saat itu hanya ada adikku dan temannya itu dikelas sehingga adikku kaget dan bertanya mengapa temannya ini tidak berbelanja atau makan saat jam istirahat dan temannya ini menjawab ia sedang tidak ada uang, selain itu juga semisal ada kegiatan kelas, ia akan bilang pada teman-teman kelasnya ia akan mengerjakan apapun untuk membantu, tapi untuk ikut berkontibusi soal uang ia belum bisa. Ia tidak malu mengakui apa adanya dirinya, namun ia tidak ingin begitu begitu saja, meski tidak ada uang ia menawarkan peran lain dengan mengkontribusikan diri untuk mengerjakan apapun untuk kegiatan tersebut sehingga ia dikenal sebagai sosok yang rajin, jujur, bertanggung jawab, ia menjadi sosok yang disenangi bahkan akupun sebagai pihak ketiga yang mendengarkan cerita dari adikku ini mengaguminya.
Hingga kini, meski usahanya hanya kecil-kecilan, tapi perkembangannya saat terlihat, ia tidak malu melakukan promosi untuk usaha kecilnya itu, hingga saat duduk dibangku SMA teman adikku ini sudah bisa membeli sepeda motor sendiri dan kehidupannya saat ini semakin membaik.
Photo by-Superbook
Cerita lain yang serupa datang dari ibuku, karena masa pandemi ibuku yang seorang guru harus mengajar secara langsung kerumah siswanya dan cerita ini berasal dari salah satu kakak dari siswa ibuku dimana ia adalah seorang PNS saat ini, cerita inspirasi berasal dari masa lalunya, setelah lulus SMA ia diambang dilema karna disisi lain ia sangat ingin melanjutkan ke jenjang perkuliahan namun orang tuanya tak ada biaya, namun dengan segala keyakinan dan keterbatasan ia memutuskan melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Namun keterbatasan ini sungguh menguji perjalanannya saat kuliah, betapa sulit ia mengatur uang bulanan untuk makan selama di perantauan, untuk kebutuhan pakaian pun hanya menggunakan pemberian teman-teman, meski begitu ia tidak malu, ia tidak ingin menjadi beban bagi orang tuanya jika harus memaksakan keinginan nafsunya dan akhirnya ia lulus. Setelah lulus ia mengikuti tes CPNS dan atas ijin Allah ia lulus. Kini kehidupannya dan keluarganya berangsur-angsur semakin membaik.
Dari cerita cerita diatas, aku teringat satu kalimat dari ayahku “Zaman sekarang dikehidupan kalangan remaja terutama, jika ada anak/mahasiswa yang mampu bertahan dalam pendidikannya dengan keadaan seadanya, menjadi diri sendiri, tidak memaksakan keadaan harus seperti teman-temannya maka ia adalah sosok yang luar biasa dan InsyaAllah calon orang-orang sukses”. Aku sangat setuju dengan pernyataan ayahku ini, karena untuk menjadi diri sendiri dan mengontrol diri untuk tidak mudah terpengaruh lingkungan sangat sulit, bahkan terjadi pada diriku sendiri pun kadangkala. Sehingga dengan sering mendengar cerita inspiratif, melihat dan mendengar keletihan orang tua menjadi sebuah tamparan keras sehingga semoga aku terutama dan kalian yang membaca tulisan ini, semoga kita bisa berdamai dan menerima apa adanya diri kita sendiri sehingga kita juga mendapati orang orang sekitar atau bahkan orang orang terdekat kita adalah juga orang orang yang bisa menerima diri kita apa adanya, namun tetap perlu digaris bawahi untuk menjadi diri sendiri dengan terus berusaha menjadi lebih baik lagi dan lagi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar