Senin, 12 Oktober 2020

Berani

 Jam 23.26 cahaya lampu memantul ke dinding, mata kearahnya namun pikiran berkelana.

 

                                                                                                        Photo by-Grid.ID

Sebenarnya kehidupan berkesinambungan ya, “pikirnya”, saling terpaut tanpa disadari, namun nyata jika dihayati. Contohnya, seperti ibu yang sering terluka karna pisau dapur, akhirnya ibu menjadi juru masak dalam keluarga, pun sama halnya anak kecil bisa mengendarai sepeda karna berani terjatuh, kedua insan berani mengambil keputusan untuk hidup bersama karna berani menghadapi apapun yang akan terjadi kedepannya, seseorang berani menyukai karna ia berani pula dengan konsekuensi akan terlukai dan jika rasa sakit ini terus berulang maka akan terasa bahwa tingkat rasa sakitnya semakin berkurang karna terbiasa.

Jadi pada intinya segala fase dalam kehidupan adalah sebagian dari masalah, bahkan ketika kita memilih zona nyaman sekalipun, siapa yang akan mengira rasa nyaman itu justru kedepannya akan menjadi masalah dan pada akhirnya rasa sakit yang dirasa. Namun ketika kita berani dan bersedia menghadapinya dengan baik, siapa yang mengetahui akhirnya rasa sakit itu menjadi jembatan pembentuk diri kita.

Maka, berarti bahwa, setiap fase dalam kehidupan ini adalah perihal berani atau tidak mengambil resiko agar tingkatan dalam masalah kita untuk kehidupan berikut berikutnya lebih mudah kita hadapi karna telah terbentuk diri yang terbiasa menghadapi kesulitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar