Senin, 12 Oktober 2020

Antara timur dan barat

Ada yang orang tuanya kaya, namun anaknya foya foya, berujung tersangkut narkoba dan masuk penjara.

Ada yang suaminya bertahta, istri jalan sana sini tak mematuhinya.

Ada yang istrinya cantik tak terkira, namun suami tak setia.

Ada anak anak yang sholeh dan sholehah tapi orang tua tak memberi perhatian pada mereka.

Ada anak yang prestasinya luar biasa, rupanya pun juga rupawan tapi ia tak memiliki kawan.

Ada yang social medianya penuh kebahagiaan, tapi dunia nyatanya terasa hampa.

Diary -R - Ancaman:( - Wattpad 

Photo by-wattpad

Tuhan maha sempurna dengan penciptaannya yang penuh seni rupa. Beruntunglah manusia yang berpikiran terbuka yang tidak hanya memandang sebelah mata, kita indah dan buruk pada tempatnya masing masing, kita punya kelebihan dan kekurangan, lantas bagaimana bisa hanya mengambil sisi timur tanpa memperhatikan sisi barat atau mengambil sisi kiri tanpa memperhatikan sisi kanan untuk mengkategorikan orang atau sekelompok orang atau untuk membandingkan diri kita dengan orang lain.

Jadilah diri sendiri, tak perlu memaksakan kategori. Cintailah diri sendiri, tak perlu sering membandingkan diri. Semoga kita menjadi pribadi yang saling bisa berbagi, sesedehana berbagi simpati dan saling mengerti. Semoga didekatkan dengan orang yang mendekatkan pada kebaikan dan kebermajuan.

Berani

 Jam 23.26 cahaya lampu memantul ke dinding, mata kearahnya namun pikiran berkelana.

 

                                                                                                        Photo by-Grid.ID

Sebenarnya kehidupan berkesinambungan ya, “pikirnya”, saling terpaut tanpa disadari, namun nyata jika dihayati. Contohnya, seperti ibu yang sering terluka karna pisau dapur, akhirnya ibu menjadi juru masak dalam keluarga, pun sama halnya anak kecil bisa mengendarai sepeda karna berani terjatuh, kedua insan berani mengambil keputusan untuk hidup bersama karna berani menghadapi apapun yang akan terjadi kedepannya, seseorang berani menyukai karna ia berani pula dengan konsekuensi akan terlukai dan jika rasa sakit ini terus berulang maka akan terasa bahwa tingkat rasa sakitnya semakin berkurang karna terbiasa.

Jadi pada intinya segala fase dalam kehidupan adalah sebagian dari masalah, bahkan ketika kita memilih zona nyaman sekalipun, siapa yang akan mengira rasa nyaman itu justru kedepannya akan menjadi masalah dan pada akhirnya rasa sakit yang dirasa. Namun ketika kita berani dan bersedia menghadapinya dengan baik, siapa yang mengetahui akhirnya rasa sakit itu menjadi jembatan pembentuk diri kita.

Maka, berarti bahwa, setiap fase dalam kehidupan ini adalah perihal berani atau tidak mengambil resiko agar tingkatan dalam masalah kita untuk kehidupan berikut berikutnya lebih mudah kita hadapi karna telah terbentuk diri yang terbiasa menghadapi kesulitan.

Sabtu, 10 Oktober 2020

Rumah

Tempat menjadi diri sendiri, setiap hari berinteraksi, segala sesuatunya diketahui, ya mengetahui meski kadangkala sulit dipahami, untuk lingkup kecil yang biasa disebut keluarga ataupun rumah tangga ini juga termasuk interaksi sosial dimana melibatkan manusia dengan sifat dan perilakunya masing masing yang begitu kompleks.

 

Photo by-Pinterest

Tak ada yang sempurna, seorang anak sering bersikap nakal, cengeng, tidak patuh. Pun halnya orang tua tak ada yang sempurna, bertahun tahun bersama, 75% mengetahui segalanya tentang orang tua, ia juga manusia yang kadangkala lepas kendali pada perkataannya, kadangkala terucap hal yang bukan sebenarnya, kadangkala tidak tepat pengambilan sikapnya. Karna orang tua memang seperti malaikat bagi kita, namun mereka bukan apa yang kita ekspektasikan.

Maka dari itu perlunya saling memahami, menyadari dan mengingatkan, tak serta merta kecewa saat ekspektasi terhadap orang tua tak sesuai keadaan sebenarnya, karna tak ada yang sempurna, mereka juga manusia. Ya, manusia yang sangat berjasa, dari hal sederhana saja yaitu menerima kita hadir didunia ini, hingga merawat dan membesarkan kita. Semoga kita lebih bersikap bijak pada orang tua bagaimanapun keadaannya karna kita sama sama manusia yang banyak salahnya.

Terbiasa kurang peka

Sedari kecil, hal hal sepele seperti setelah memakai barang tidak dikembalikan lagi ke tempatnya atau hal-hal yang dianggap kurang penting lainnya. Ia bersikeras, toh tak masalah dimanapun letaknya, padahal bukan sekali dua kali kakinya tersandung karna sembarangan meletakkan barang, hal hal sepele ini terus disepelekan, menjadi kebiasaan dalam kehidupan, memang tidak terlalu berpengaruh saat ia sendiri.

Lalu ia semakin dewasa, akhirnya keadaan mengharuskan ia tinggal diasrama dengan 3 anggota didalamnya, disini sangat diuji ia karna kebiasaannya selama ini, ia meletakkan barang barangnya sembarangan, tak terlalu masalah memang saat ia sendiri, tapi suatu waktu bukan ia yang tersandung, melainkan temannya, sehingga sering sekali ia diperingatkan teman-temannya, namun ia abaikan.


Photo by-Pixabay

Manusia adalah makhluk social dan sekaligus bersikap kompleks. Lingkungan adalah lingkup yang paling membentuk sikap, hingga sikap ini menjadi kebiasaan, dan untuk berubah dari kebiasaan yang telah mendarah daging tidaklah mudah, maka dari itu sedari dini tanamkan kebiasaan kebiasaan baik bahkan untuk hal hal baik yang sering diabaikan.

Kadangkala kita tidak ingin menjadi egois, namun seringnya tak sengaja melakukannya karena kita kurang peka oleh kebiasaan yang sebenarnya merugikan orang lain, sesederhana membuat orang lain kurang nyaman.

Semoga menjadi pengingat bagi diri sendiri dan yang membaca tulisan ini.

Selasa, 06 Oktober 2020

Gara gara omnibus law

 Sejak awal sudah menimbulkan perdebatan

Tujuan tak tentu arah kejelasan

Namun jelas menyengsarakan yang tak punya jabatan

Sudah tak bisa dipahami pemikiran para atasan yang tak sejalan

Apakah ini yang dinamakan permainan menyenangkan para penganut kepentingan untuk sebuah keuntungan

 


Penundaan menjadi sebuah harapan

Dan akhirnya begitu sangat mengejutkan

Ditengah pandemi yang tak berkesudahan

Para atasan berdasi mengetuk palu tanda disahkan

Maka jangan salahkan

Yang berhati nurani akan memenuhi jalanan

Menyuarakan perjuangan meski berpanas panasan

 

Namun…

Tak bisa lagi ditegur, mereka sudah mendengkur

Tak bisa lagi mengadu, sikap mereka pahit bagai empedu

Tak bisa lagi diskusi, mereka sudah tak peduli

Tak bisa lagi diharapkan, mereka yang bernama dewan perwakilan justru menjadi dewan perdzoliman

 

Masih menggantung nasib kedepan

Yang berharap merasakan kekecewaan

Yang berkekurangan semakin kesakitan

Yang rakus dan semena mena semakin berpeluang untuk menekan

Yang membuat keputusan duduk tenang setelah mendapat keuntungan dari pihak yang berkepentingan

Entah akan seperti apa nanti negri ini, yang masih dalam tahap perkembangan saja sudah tak karuan