Dari balik kaca dirumahnya, matanya tertuju kejalan tempat orang berlalu lalang, tak banyak, karena tempat tinggalnya dipedesaan yang asri dan masih banyak tumbuhan hijau, menenangkan sekali rasanya hingga membawa pikirannya pada apa yang baru saja terjadi.
Photo by-pngtree
Ia melihat pasangan yang sedang bercengkrama, sang wanita memijat laki-lakinya. Ya, mereka adalah kedua orang tuanya. Terlihat romantis sekali, “damai rasanya melihat ini” benaknya berkata, lalu ia tersenyum. Kemudian ia bertanya pada ibunya “Apakah ayah sakit setelah kecelakaan kecil barusan?”, ibunya menjawab “tidak, ini karna asam urat”. Ia lalu terdiam, senyum yang tadi diwajahnya menjadi datar, pikirannya melayang ke sisi yang berbeda, “orang tuaku semakin menua”, ya, itu yang dipikirkannya sekarang.
Kembali ia tersadar pada pandangannya ke jalan tempat orang lain berlalu lalang, ada yang tua, muda, remaja, dewasa, sendiri, berpasangan. “TUA, ya orang tuaku semakin menua”, air matanya menetes.
Ia sedih sekaligus senang, senang karena ia sangat bersyukur bahwa ia masih mempunyai keluarga utuh hingga saat ini, sedih karena “Mereka menua, aku masih sering merepotkan mereka, aku masih belum bisa diandalkan“ begitu dalam benaknya. Semakin menjadi rasa sedihnya ketika membayangkan mereka mulai merasakan sakit karena pertambahan umur, semakin dalam rasa ketakutan. Lalu tanpa sadar semakin ia meneteskan air mata.
Setelah beberapa menit berlalu hatinya merasa lega, ia bangun dari lamunan, berhenti menatap jalanan. Ia mulai membuka lembaran-lembaran , mempelajari tulisan dan persoalan dihadapannya, ia bertekad jikapun sekarang masih harus menjadi beban bagi orang tuanya, tapi kelak ia akan menjadi andalan untuk mereka, maka dari itu apapun yang bisa ia lakukan saat ini sekiranya menjadi usaha untuk masa depannya akan ia lakukan sebisa dan sebaik mungkin.
Pesan yang paling ia ingat dari ibunya “Jika badan telah dibiasakan bergerak dan bekerja maka saat bermalasan justru terasa tidak enak”, dan inilah yang menjadi kunci dalam genggamannya agar ketika rasa malas datang, ia ijinkan untuk menjadi tamu sebentar sebagai tempat beristirahat, namun kemudian ia pulang sebagaimana semestinya seorang tamu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar