Khawatir

 

Photo by-Pinterest

Kehidupan memang akan selalu menawarkan kekhawatiran, tidak melepaskan setiap diri dari masalah. Anak kecil akan khawatir tidak bisa mendapatkan teman saat sekolah atau tidak mendapat rasa kasih sayang dari orang tua, anak SD, SMP, SMA akan khawatir akan ujian nasional yang menjadi penentu kelulusannya, anak SMA yang telah lulus akan khawatir tidak lulus dikampus yang diinginkannya atau justru khawatir tidak akan bisa melanjutkan kuliah, anak kuliah akan khawatir dengan skripsi yang menjadi penentu perjuangannnya bertahun-tahun dibangku kampus, anak yang telah lulus kuliah akan khawatir sulit untuk mendapatkan pekerjaan, yang telah bekerja akan khawatir jodohnya yang tak kunjung tiba, yang telah berkeluarga akan khawatir jika sulit mendapatkan keturunan.

Begitulah, bukankah kekhawatiran akan dan pasti ada?

Ya, karna memang begitu kehidupan kita.

Tapi, ada satu hal yang sangat klise untuk disebutkan. Hal yang seharusnya menjadi kekhawatiran utama dalam panggung drama dunia, tanpa disebutkan pun kita akan mengerti. Kekhawatiran ini jika kita jadikan sandaran selama menjalankan peran menjadi aktris dunia, maka kekhawatiran lainnya akan bisa ditenangkan dengan hati yang yakin.

Tulisan ini adalah gertakan bagi si pena sendiri. Bahkan pikiran yang ia sampaikan lewat aksara hitam yang dibaca orang lain adalah hal yang dimana ia sering menjadi pemeran utamanya, sering melupa, sering terlena dan keseringan-keseringan lainnya.

Untuk aku, kamu, kita. Khawatir saja. Tak apa, khawatir agar kita berusaha berhasil. Namun ingat, yakinlah akhir dari kehidupan kita bukan apa yang ingin kita capai hingga kita sekhawatir itu, maka jadilah aktris dunia dengan tidak melupakan sutradara yang telah mengatur jalan cerita dengan sempurna. Ialah sang Maha Sempurna.