Photo by-tangan di prau
Setelah sekian banyak hari, setiap tulisanku adalah tentangmu. Namun kini, hari dan detik ini aku nyatakan setiap tulisanku adalah untukku, pengingat bagiku.
Selesai, sudahi, jangan kembali. Cukup sampai disini. Diriku!
Selama ini, banyak hal yang mendorong untuk bertahan dan tidak sedikit pula hal yang mendorong untuk pergi. Dan kini, aku harus benar benar meyakini bahwa “ya, aku harus tegas, tegas pada diriku untuk mengakhiri, terlalu banyak alasan untuk pergi yang selama ini alasan itu ku tepis dengan berbagai pertimbangan yang sebenarnya hanya ego sendiri”, yang sebenarnya jelas-jelas ini bukan apa yang aku cari, ya bukan, bukan sebuah ketenangan. Tidur semakin sulit, focus semakin raib, sedang ujian semakin dekat. Tapi aku justru memikirkan hal-hal yang membingungkan, tentang masa lalu nya, tentang hidupnya, tentang bagaimana sebenarnya ia padaku. Sungguh terlalu melelahkan dan mengganggu.
Dan… Sebenarnya terlalu jelas bagaimana ia begitu mudah melepas, bagaimana sikapnya yang begitu biasa saja, bagaimana ia yang kesepian dan kebetulan kamu bisa menghiburnya, bagaimana ia memperlakukanmu sebagai perempuan.
Memang tak sepenuhnya yang terjadi karna ia, karna dirimu sendiri pun merasa bingung, kamu tetap ingin mempertahankan kesendirian, namun ingin memiliki seseorang, menjadi bingung akan perasaanmu sendiri. Sehingga yang kamu ingin hanya pengakuan perasaan, bukan status. Tapi bahkan ia tidak pernah mengatakan hal ini dengan jelas, kadangkala kamu juga melihat bagaimana sikapnya yang terkesan menutupi kehadiranmu dihidupnya, meski kamu pun tidak menginginkan orang lain mengetahuinya, hanya saja sikapnya yang terlalu jelas sering menyakitimu, postingannya pun masih tentang masa lalu, lagi lagi kamu bingung dengan dirimu sendiri, tidak ingin ego untuk memintanya benar-benar menyudahi masa lalu, tapi terlalu sakit untuk bisa menerima itu, percakapan sehari hari pun membuat kamu bingung, kamu yang merasa selalu menjadi orang yang bercerita agar kalian memiliki percakapan kadangkala merasa sungkan jika ia yang selalu menjadi pendengar, namun sayangnya ia terlalu tertutup padamu tentang cerita hidupnya dan hal ini juga menyakitimu.
Setelah sekian banyak alasan menyakitkan, kamu tetap bertahan.
Kamu bertahan dengan alasan, kadangkala ia selalu jujur akan apa yang ia jelaskan, dengan alasan kadangkala kamu merasa diakui, dengan alasan kadangkala sikapnya menunjukkan perasaannya, entah alasan ini dibuat oleh egomu sendiri.
Sadarilah, bukan ia yang bertahan, tapi kamu yang terus berjalan padanya. Tidakkah melelahkan? Tidakkah memalukan?
Berhentilah pada hal yang belum pasti dan memang belum saatnya, sebelum kamu benar-benar terjerumus kedalam hal yang tidak bisa kamu kendalikan, yang jelas jelas dari awal akan merugikan dirimu.
Tidakkah semua lelah selama ini akan sia-sia dan disayangkan jika sekarang kamu menyerah, mungkin perjalanan memang tidak singkat, tapi juga tidak akan lama lagi dan lebih mungkin pula ada yang lebih mendekati dari sekedar perihal jodoh yaitu kematian. Hakikat akhir hidup sebenarnya.
Sekali lagi diriku, jika kamu benar benar manusia dengan sikap yang penuh alasan, tulisan ini adalah tamparan, kamu lebih banyak punya alasan untuk pergi dan berhenti. Maka sebelum terlambat, tegaslah dan jangan pernah kembali.