Setelah menonton “you are my destiny” Chinese drama, ada 1 poin yang ingin ku bahas dari cerita dalam drama ini yaitu :
“Ada kesalahpahaman yang terjelaskan, lalu pada akhirnya dapat memperbaiki segalanya, ada pula yang tak terjelaskan, berlama lama dibiarkan begitu saja dan segala yang terjadi maka terjadilah, namun ada pula yang setelah terjelaskan tapi terlalu terlambat untuk memperbaiki segalanya.
Akhirnya inilah yang disebut TAKDIR”.
Dari drama you are my destiny, dapat dilihat, meski ada banyak kesalahpahaman, rintangan, kesakitan antara suami istri ini. Namun, takdir adalah takdir, maka terjadilah. Pada akhirnya, mereka bersatu kembali meski telah bertahun-tahun terpisah.
Oke, that’s point. Sejauh ini sepertinya sudah terlihat apa yang akan kita bahas. Sebelumnya aku telah (sok-sok an) melakukan riset dengan membagikan kuesioner (abal-abal) di
https://docs.google.com/form///1FAIpQLScc40O6fernRPfT7MzhRBor0qMkEuCuXN_TmRKykm5vAPweAA/viewform?usp=sf_link pada 10 orang laki-laki belum menikah yang berumur kisaran 22-29, hasil dari riset ini yaitu 50% dari 10 orang ini mempunyai pacar, 80% mempunyai mantan dan 75% jumlah mantannya lebih dari satu. Artinya adalah, bahwa berpacaran bukan hal yang tidak biasa lagi.
Selanjutnya aku ingin menyangkutpautkan dengan keyakinan kita sebagai seorang muslim. Sering kita mendengar kalimat “Segala sesuatu yang terjadi dimuka bumi sudah tertulis di lauhul mahfudz dan itu benar adanya, termasuk jodoh. Loh Mahfuz (Arab: لَوْحٍ مَحْفُوظٍ lauḥ maḥfūẓ ) adalah kitab tempat Allah menuliskan seluruh catatan kejadian di alam semesta (Wikipedia). Allah, tidak seperti manusia. Bagi Allah tidak rahasia lagi segala sesuatu, baik yang ada di bumi maupun di langit. Karna ialah yang mengatur segalanya.
Sebagai seorang muslim kita juga pasti mengetahui tentang rukun iman yang terdiri dari :
· Iman kepada Allah
· Iman kepada Malaikat2-Nya
· Iman kepada Kitab2-Nya
· Iman kepada Nabi dan Rasul-Nya
· Iman kepada Hari Akhir (Kiamat)
· Iman kepada Qadha Qadar (Takdir)
Oke yang akan kita bahas adalah poin 6 yaitu mengimani kejadian (takdir) yang baik maupun yang buruk, semua itu atas izin dari Allah. Karena seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka demikian pula perbuatan mereka melalui kehendak Ilahi (Wikipedia).
Sekarang kalau kita sangkut pautkan dengan kehidupan sehari-hari, terkhusus kalangan remaja, pemuda ataupun para ABG, sudah tidak asing lagi dengan istilah “pacar”. Dikatakan bahwa berpacaran tujuannya adalah untuk saling mengenal pribadi satu sama lain, konteks kalimat ini dilakukan sebelum adanya ikatan yang sah dan untuk ketetapan cara-caranya seolah-olah sudah ada standar societynya yang dimana berpacaran adalah pintu paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan. Sedang Allah jelas-jelas melarang untuk sekedar mendekati zina, seperti difirmankan oleh-Nya dalam Q.S Al isra ayat 32 berikut :
Baik, kembali lagi soal takdir (qada dan qadar) tadi. Lantas kalau benar kita percaya qada dan qadar. Apa masih perlu untuk “berpacaran”?
Bukankah pada akhirnya kita akan hidup bersama seseorang yang telah ditakdirkan, lantas kalau kita sekarang (katakanlah) mempunyai pacar, apakah nantinya bisa jadi justru menjadi batu sandungan dalam kehidupan masa depan?
Ini benar-benar terdengar klise. Tapi nyatanya hal hal klise yang seperti inilah sering terabaikan.
Pembahasan kali ini terutama pengingat untuk diriku sendiri.
*Sebelum menutup, aku ingin menegaskan bahwa tidak bermaksud sedikitpun menyudutkan/menjudge pihak manapun terkhusus responden yang telah berbaik hati mengisi kuesioner yang aku bagikan, setiap orang mempunyai jalan dan pilihannya masing masing, namun sebagai muslim kita tetap harus saling mengingatkan, terutama pada diri sendiri.



